Sabtu, 29 November 2008
Gara-gara mencoba rokok milik kakeknya ketika berusia 2,5 tahun, Maulana, balita usia 4 tahun ini jadi ketagihan merokok. Warga Dusun Sonosari, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang ini sehari bisa menghabiskan tiga batang.
Tidak ada yang beda dengan penampilan Maulana, bocah lucu ini. Ia juga masih tetap bermain dengan teman sebayanya di rumah neneknya, Painah,48, yang berada di Jl Cokroaminoto RT 46/RW 08, Dusun Sonosari, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji.
Tapi yang membuatnya beda, Maulana, 4, sudah doyan merokok. Padahal biasanya merokok baru dilakukan oleh pria dewasa minimal usianya sudah 17 tahun ke atas. Ikhwal kesukaan merokok ternyata dari coba-coba rokok milik kakeknya, Kusyanto,55.
“Katanya waktu itu hanya mencoba. Tapi ternyata sampai sekarang. Kalau saya pribadi, kasihan melihatnya masih kecil sudah merokok. Saya ingin cucu saya bisa sembuh dari kebiasaan itu,” kata Painah, nenek yang mengasuh Maulana karena ibunya, Lastri, 35, sedang bekerja di PR Penamas, Pakisaji ketika ditemui di rumahnya, Rabu (26/11).
Karena sudah kecanduan merokok, gerak tubuh Maulana sudah seperti orang yang mahir merokok. Ini bisa dilihat bagaimana cara dia membawa pak rokok berikut korek di atasnya. Begitu juga cara menghidupkan rokok, cara mengisap rokok dan menghembuskannya.
Ia bahkan bisa menghembuskan rokok dari hidungnya dengan piawai. Sehingga orang dewasa yang melihat hanya bertanya-tanya, kok bisa ya? Bagaimana nanti kesehatannya? Menurut Painah, cucunya sudah pernah diperiksakan ke Puskesmas Pakisaji. Namun sejauh ini tidak ada gangguan apa-apa. Katanya, cucunya meski jika sudah merokok lagaknya seperti orang dewasa, namun kalau sudah datang malam hari dan hendak tidur, ia juga mencari dot susu miliknya.
Tiap malam, sebelum tidur, Maulana mengonsumsi salah satu merek susu terkenal. Tapi begitu bangun tidur, ia sudah mulai bermain dengan rokoknya. Setelah mandi dan makan, Maulana, bungsu dari tiga bersaudara ini sudah mulai menghidupkan rokoknya laiknya orang dewasa.
“Tapi kalau sudah asyik bermain, ia seharian bisa tidak merokok,” ungkap Painah. Ia berharap, ketika aktifitasnya mulai banyak, seperti ketika memasuki dunia sekolah (TK), cucunya tidak berpikiran lagi tentang merokok.
Lucunya, Maulana enggan mengkonsumsi rokok dari merek-merek yang beredar. Ia hanya doyan rokok putih merek BMW produksi PT Gandum, Malang. Jika persediaan rokoknya habis, ia biasanya membeli di toko tetangganya.
Maulana sendiri ketika ditanya bagaimana rasa rokok yang dihisapnya, ia hanya bilang enak. Ketika merokok di kamar salah satu kakaknya, satu tangannya membawa rokok, satu tangan lainnya mencandai seorang anak kecil tetanggannya. Ya, layaknya ia main seperti balita lainnya. Bedanya, ada rokok di tangannya.
Ditambahkan Painah, ia dan anggota keluarga lainnya sudah berusaha agar Maulana tidak merokok lagi dengan cara melarangnya. “Tapi ya itu. Dia pasti akan membanting semua barang yang ada di rumah. Sehingga ia bisa merokok lagi,” ungkapnya. Ayah kandung Maulana yaitu Suwarno, katanya, tidak mengetahui kelakuan anaknya karena sudah berpisah dengan ibu Maulana. Suwarno dikabarkan sudah menikah lagi dan tinggal di Wagir, Kabupaten Malang.
Sementara itu dr Susanto Adijono, Kepala Puskesmas Pakisaji mengatakan, meski secara fisik si anak tidak mengalami kelainan/keluhan apa-apa, namun kondisi ini sudah patut diwaspadai karena anak sudah memasuki fase kecanduan. “Apa yang dilakukan si anak juga tidak lepas dari kesalahan orang tua. Namanya anak, begitu mencoba ternyata tidak dilarang, ya akan terus,” kata dr Susanto ketika dihubungi terpisah.
Karena itu, orang tuanya harus segera mengalihkan aktifitas si anak pada kesibukan dan melakukan pengawasan agar tidak melakukan kebiasaan merokok lagi. Apalagi seperti dituturkan Painah, jika cucunya Maulana dilarang merokok justru marah-marah. Selain itu, ia berharap Maulana bisa diarahkan ke psikiater anak.
“Karena mungkin dia mengalami kondisi broken home namun tidak terlihat karena masih anak-anak,” ujarnya. Menurutnya, yang jelas dari aktifitas merokok sejak dini, dari sisi kesehatan sangat mengkhawatirkan karena bisa mengancam jantung, pembuluh darah dan parunya. “Kalau si anak tidak bisa dituturi (dinasihatinya), ya butuh pengawasan ketat orangtua,” pungkasnya.
12 Comments:
wow....baru tau nich yang kayak gini. Parah juga siy, plus kasian, itu mah tua dikit bisa2 kanker paru2, jadi gak panjang umur..Ortu-nya harus niat banget...
oh btw.....blog kamu masih sepi..kamu newbie yach? welcome dech kalo bener..hehe
Ini gila, apa yg akan terjadi 10-20 yg akan datang??? heehehe tp keren juga kan lumayan bisa jd artikel blog, ya ga??
Aduh ...
Mau kasih komentar apa ya ?
Kasian
Masih kecil dah ngrokok
Hu hu
Gimana hidupnya nanti ?
parah banget ya, ngawir bener-2 ngawur
wah bagus tuh..bagi produsen rokok, tapi tuk sikecilnya he..bener2 memperkenalkan sejak dini...hik..hik.
walah... ini ada anak kecil udah mulai nakal pake merokok segala ya... sapa tuh yg ngajarin
makasih yaa.. dah dah kasi komen...
Loh... ibunya mana ya.... Hendaknya sang ortu menanamkan akhlak yang baik kepada generasinya sejak kecil. Yang ini parah banget...
Emm... bisa jadi itu murni kesalahan ortu. Demikian juga pengaruh dalam pergaulan si kecil, yang mana membutuhkan seorang figur yang menjadi filter baginya dalam mengarungi kehidupannya. Bukan malah dibiarin terus merokok.
Nice post bro....
Ngomong-ngomong SBnya mana ya, sembunyikah dia?...
duh..kecil aza udah kek gitu
giman besarnya yah !
turut prihatin aza deh :(
weleh..weleh kok..gitu banget yaa salah siapa tuh sampe bisa gitu...
Post a Comment