blog ini untuk siapa saja

2,5 tahun dah mulai merokok. gawattttt!!!!

Sabtu, 29 November 2008


Gara-gara mencoba rokok milik kakeknya ketika berusia 2,5 tahun, Maulana, balita usia 4 tahun ini jadi ketagihan merokok. Warga Dusun Sonosari, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang ini sehari bisa menghabiskan tiga batang.

Tidak ada yang beda dengan penampilan Maulana, bocah lucu ini. Ia juga masih tetap bermain dengan teman sebayanya di rumah neneknya, Painah,48, yang berada di Jl Cokroaminoto RT 46/RW 08, Dusun Sonosari, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji.

Tapi yang membuatnya beda, Maulana, 4, sudah doyan merokok. Padahal biasanya merokok baru dilakukan oleh pria dewasa minimal usianya sudah 17 tahun ke atas. Ikhwal kesukaan merokok ternyata dari coba-coba rokok milik kakeknya, Kusyanto,55.



“Katanya waktu itu hanya mencoba. Tapi ternyata sampai sekarang. Kalau saya pribadi, kasihan melihatnya masih kecil sudah merokok. Saya ingin cucu saya bisa sembuh dari kebiasaan itu,” kata Painah, nenek yang mengasuh Maulana karena ibunya, Lastri, 35, sedang bekerja di PR Penamas, Pakisaji ketika ditemui di rumahnya, Rabu (26/11).

Karena sudah kecanduan merokok, gerak tubuh Maulana sudah seperti orang yang mahir merokok. Ini bisa dilihat bagaimana cara dia membawa pak rokok berikut korek di atasnya. Begitu juga cara menghidupkan rokok, cara mengisap rokok dan menghembuskannya.

Ia bahkan bisa menghembuskan rokok dari hidungnya dengan piawai. Sehingga orang dewasa yang melihat hanya bertanya-tanya, kok bisa ya? Bagaimana nanti kesehatannya? Menurut Painah, cucunya sudah pernah diperiksakan ke Puskesmas Pakisaji. Namun sejauh ini tidak ada gangguan apa-apa. Katanya, cucunya meski jika sudah merokok lagaknya seperti orang dewasa, namun kalau sudah datang malam hari dan hendak tidur, ia juga mencari dot susu miliknya.

Tiap malam, sebelum tidur, Maulana mengonsumsi salah satu merek susu terkenal. Tapi begitu bangun tidur, ia sudah mulai bermain dengan rokoknya. Setelah mandi dan makan, Maulana, bungsu dari tiga bersaudara ini sudah mulai menghidupkan rokoknya laiknya orang dewasa.

“Tapi kalau sudah asyik bermain, ia seharian bisa tidak merokok,” ungkap Painah. Ia berharap, ketika aktifitasnya mulai banyak, seperti ketika memasuki dunia sekolah (TK), cucunya tidak berpikiran lagi tentang merokok.

Lucunya, Maulana enggan mengkonsumsi rokok dari merek-merek yang beredar. Ia hanya doyan rokok putih merek BMW produksi PT Gandum, Malang. Jika persediaan rokoknya habis, ia biasanya membeli di toko tetangganya.

Maulana sendiri ketika ditanya bagaimana rasa rokok yang dihisapnya, ia hanya bilang enak. Ketika merokok di kamar salah satu kakaknya, satu tangannya membawa rokok, satu tangan lainnya mencandai seorang anak kecil tetanggannya. Ya, layaknya ia main seperti balita lainnya. Bedanya, ada rokok di tangannya.

Ditambahkan Painah, ia dan anggota keluarga lainnya sudah berusaha agar Maulana tidak merokok lagi dengan cara melarangnya. “Tapi ya itu. Dia pasti akan membanting semua barang yang ada di rumah. Sehingga ia bisa merokok lagi,” ungkapnya. Ayah kandung Maulana yaitu Suwarno, katanya, tidak mengetahui kelakuan anaknya karena sudah berpisah dengan ibu Maulana. Suwarno dikabarkan sudah menikah lagi dan tinggal di Wagir, Kabupaten Malang.

Sementara itu dr Susanto Adijono, Kepala Puskesmas Pakisaji mengatakan, meski secara fisik si anak tidak mengalami kelainan/keluhan apa-apa, namun kondisi ini sudah patut diwaspadai karena anak sudah memasuki fase kecanduan. “Apa yang dilakukan si anak juga tidak lepas dari kesalahan orang tua. Namanya anak, begitu mencoba ternyata tidak dilarang, ya akan terus,” kata dr Susanto ketika dihubungi terpisah.

Karena itu, orang tuanya harus segera mengalihkan aktifitas si anak pada kesibukan dan melakukan pengawasan agar tidak melakukan kebiasaan merokok lagi. Apalagi seperti dituturkan Painah, jika cucunya Maulana dilarang merokok justru marah-marah. Selain itu, ia berharap Maulana bisa diarahkan ke psikiater anak.

“Karena mungkin dia mengalami kondisi broken home namun tidak terlihat karena masih anak-anak,” ujarnya. Menurutnya, yang jelas dari aktifitas merokok sejak dini, dari sisi kesehatan sangat mengkhawatirkan karena bisa mengancam jantung, pembuluh darah dan parunya. “Kalau si anak tidak bisa dituturi (dinasihatinya), ya butuh pengawasan ketat orangtua,” pungkasnya.

lentera hati andy f noya

Jumat, 28 November 2008

sumber : duniaTV.blogspot.com


Mengapa Andy F. Noya Mengundurkan Diri Sebagai Pemred Metro TV?

Berikut adalah tulisan berjudul "Lentera Jiwa" yang saya terima di email saya :

Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ¡pecah kongs dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan power yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.

Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV. Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.


Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese. Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.

Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari keju itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti lentera jiwa saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri. Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul Lentera Hati yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang. Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa lentera jiwanya ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia.Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.

Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri. Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini, ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.

Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.

Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker. Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya, ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya, katanya.Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.


bikin film itu gampang

Membuat Film Dokumenter / Film Indie
sumber : http://myhobbyblogs.com/

Dalam membuat film dokumenter yang kita rekam harus berdasarakan fakta yang ada. Jadi film dokumenter adalah suata film yang mengandung fakta dan subjektivitas pembuatnya. Artinya apa yang kita rekam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga memasukkan pemikiran-pemikiran kita.

Dalam membuat film dokumenter ada langkah-langkah dan kiat bagaimana film yang kita produksi disenangi oleh penonton dan tidak memakan biaya yang besar saat memproduksinya.. Langkah yang harus kita tempuh dalam membuat film dokumenter adalah pertama, menentukan ide. Ide dalam membuat film dokumenter tidaklah harus pergi jauh-jauh dan memusingkan karena ide ini bisa timbul dimana saja seperti di sekeliling kita, di pinggir jalan, dan kadang ide yang kita anggap biasa ini yang menjadi sebuah ide yang menarik dan bagus diproduksi. Jadi mulailah kita untuk bepfikir supaya peka terhadap kejadian yang terjadi.

Kedua, menuliskan film statement. Film statement yaitu penulisan ide yang sudah ke kertas, sebagai panduan kita dilapangan saat pengambilan Angel. Jadi pada langkah kedua ini kita harus menyelesaikan skenario film dan memperbanyak referensi sehingga film yang kita buat telah kita kuasai seluk-beluknya.

Ketiga, membuat treatment atau outline. Outline disebut juga script dalam bahasa teknisnya. Script adalah cerita rekaan tentang film yang kita buat. script juga suatu gambar kerja keseluruhan kita dalam memproduksi film, jadi kerja kita akan lebih terarah. Ada beberapa fungsi script. Pertama script adalah alat struktural dan organizing yang dapat dijadikan referensi dan guide bagi semua orang yang terlibat. Jadi, dengan script kamu dapat mengkomunikasikan ide film ke seluruh crew produksi. Oleh karena itu script harus jelas dan imajinatif. Kedua, script penting untuk kerja kameramen karena dengan membaca script kameramen akan menangkap mood peristiwa ataupun masalah teknis yang berhubungan dengan kerjanya kameramen. Ketiga, script juga menjadi dasar kerja bagian produksi, karena dengan membaca script dapat diketahui kebutuhan dan yang kita butuhkan untuk memproduksi film. Keempat, script juga menjadi guide bagi editor karena dengan script kita bisa memperlihatkan struktur flim kita yang kita buat. Kelima, dengan script kita akan tahu siapa saja yang akan kita wawancarai dan kita butuhkan sebagai narasumber.

Keempat, mencatat shooting. Dalam langkah keempat ini ada dua yang harus kita catat yaitu shooting list dan shooting schedule. Shooting list yaitu catatan yang berisi perkiraan apa saja gambar yang dibutuhkan untuk flim yang kita buat. jadi saat merekam kita tidak akan membuang pita kaset dengan gambar yang tidak bermanfaat untuk film kita. Sedangkan shooting schedule adalah mencatat atau merencanakan terlebih dahulu jadwal shooting yang akan kita lakukan dalam pembuatan film.

Kelima, editing script. Langkah kelima ini sangat penting dalam pembuatan film. Biasa orang menyebutnya dengan pasca produksi dan ada juga yang bilang film ini terjadinya di meja editor. Dalam melakukan pengeditan kita harus menyiapkan tiga hal adalah menbuat transkip wawancara, membuat logging gambar, dan membuat editing script. Dalam membuat transkipsi wawancara kita harus menuliskan secara mendetail dan terperinci data wawancara kita dengan subjek dengan jelas.

Membuat logging gambar ini maksudnya, membuat daftar gambar dari kaset hasil shuuting dengan detail, mencatat team code-nya serta di kaset berapa gambar itu ada. Terakhir ini merupakan tugas filmmaker yang membutuhkan kesabaran karena membuat editing scrip ini kita harus mempreview kembali hasil rekaman kita tadi ditelevisi supaya dapat melihat hasil gambar yang kita ambil tadi dengan jelas. Dengan begitu kita akan mebuat sebuah gabungan dari Outline atau cerita rekaan menjadi sebuah kenyataan yang dapat menjadi petunjuk bagi editor.


kolam ditengah jalan kota kendari

hari ini apessssss....  sore tadi sy lewat di jalan poros andonohu - lapulu ternyata sudah semakin parah malahan parah sekali
kalo teman2 sempat kesana, ditengah jalan terdapat lubang yng kira2 diameternya hampir 10m persegi... dsyat toh??... 
masyarakat disana juga semakin resah.. apalagi sy sebagai pengendara motor.. huuuuuu.... mana ujan, becek... banjir.... cape deeeeh... 
ada yg menarik perhatianku, disudut jalan ada plang yg terbuat dari triplex bertuliskan
"kami tidak butuh dibuatkan kolam" hehehe... betul juga. 
sy memilih jalan itu karena ku pikir sudah diperbaiki, karena perasaan sudah  beberapa bulan yang lalu sy melewati jalan itu... eh... bukannya sudah diperbaiki.. malah tambah lebar... 

kasihan sekali kotaku ini....... 



pemkot mengirim pendulang tahap 2

demam emas bombana sampaisekarang masih terus menjadi fokus perhatian warga kota kendari, melihat hal ini pemerintah kota kendari menetapkan sebuah mekanisme bagi warga yag akan berangkat ke bombana untuk mendulang. sejauh ini pemerintah kota sudah mengirim para pendulang asal kendari melalui pengiriman tahap satu.

belum lagi melakukan pengawasan terhadap para pendulang yg sudah melakukan akitifitas disana, eh... malah hari ini (28 nov 08) pemkot mau mengirimkan pendulang tahap dua...
menurutku sangat memprihatinkan. mengingat arealk itu sudah banyak menelan korban... mana belum ketahuan lgi kapan jadwal pemulangan 250 orang pendulang yang masih beroperasi disana, tpi kdis nakertrans menyatakan dalam waktu dekat akan memulangkan mereka.

yahhh... semoga saja dengan pemulangan pendulang tahap pertama ini bisa menjadikan bahan evaluasi untuk pengiriman tahap-tahap selanjutnya.......... biar semuanya selamat dan tidak terjadi konflik horizontal disana.

teori editing video

DIMENSI EDITING

 

Pointer-pointer:

 

*

Hakekat/inti dr dimensi editing adalah KETERHUBUNGAN. Sebuah shot apabila disambung dengan shot lain, maka pasti kedua shot tersebut memiliki HUBUNGAN, baik secara grafis, ritmis (irama), spasial (ruang) dan temporal (waktu).

 

 

*

Sambungan shot-shot dalam film-film naratif memiliki keempat dimensi/hubungan tersebut, sementara dalam film-film abstrak atau film-film atau film-film non-figuratif (tak ada tokohnya, jadi tak bercerita) hanya memiliki dimensi grafis dan ritmis saja.

 

 

1

Dimensi Grafis

*

Setiap shot pasti punya nilai grafisnya, taitu:

 

- garis

 

- bentuk

 

- cahaya

 

- warna

 

- gerak  (bisa gerak subyek, gerak kamera ataupun gerak kombinasi subyek dan kamera)

 

 

*

Maka bila sebuah shot disambung dengan shot lain PASTI ada hubungan grafis. Hubungan/dimensi grafis yang terjadi bisa berupa graphic match ataupun graphic contrast.

 

 

2

Dimensi Ritmis

*

Sebuah shot disambung dengan shot lain PASTI ada hubungan ritmis (irama).

 

 

*

Irama yang ada dalam film-film itu sebenarnya ada 2 jenis, yaitu:

 

- IRAMA INTERNAL: yaitu irama yang ada di dalam setiap shot itu sendiri

 

- IRAMA EKSTERNAL: yaitu irama yang dihasilkan oleh persambungan 2 shot atau lebih

 

 

*

IRAMA INTERNAL terjadi di setiap shot karena di setiap shot itu ada:

 

- Frame size/type of shot (ukuran besar gambar/frame)

 

- Gerak (gerak subyek, gerak kamera, gerak kombinasi subyek dan kamera)

 

- Suara (dialog, efek dan musik)

 

 

*

IRAMA EKSTERNAL terjadi ketika ada sambungan dan dipengaruhi oleh:

 

- Durasi shot (panjang pendeknya shot)

 

- Metode penyambungan (cut-to-cut atau optical effect spt dissolve, fade, dsb)

 

 

*

IRAMA EKSTERNAL ini bisa kita (pembuat film/sineas) buat berbagai jenis dengan mengatur panjang-pendeknya shot (durasi). Jenis-jenis irama tersebut adalah:

 

- irama konstan: yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung berukuran (berdurasi) sama

 

- irama dipercepat (akselerasi): yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung ukurannya makin lama makin pendek

 

- irama diperlambat: yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung ukurannya makin lama makin panjang

 

- irama tak beraturan: yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung ukurannya berubah-ubah secara tak beraturan

 

 

*

Keempat jenis irama yang dihasilkan oleh durasi ini, mungkin saja bisa dilakukan juga oleh shot itu sendiri, misalnya dengan gerak kamera, tetapi tentu tidak semudah yang dilakukan oleh mengatur durasi shot

 

 

3

Dimensi Spasial

*

Dengan editing, media film adalah media yang paling efektif dalam menciptakan ruang yang sesuai dengan yang ingin dibentuk oleh pembuat filmnya.

 

 

*

Melalui editing pula, bisa dihubungkan RUANG DALAM REALITA dengan RUANG DALAM FILM (ruang buatan/artifisial). Juga antara yang interior dan eksterior. Contoh film Hitchcock “The Birds”

 

 

*

Ketersambungan antara 2 shot atau lebih yang bisa menciptakan ruang baru yang ada di dalam kepala penonton itu disebut sebagai koeksistensi spasial (ruang yang berdampingan)

 

 

4

Dimensi Temporal

*

Dengan editing pula, film paling mampu “mempermainkan” (memanipulasi) waktu penceritaan

 

 

*

Waktu penceritaan (time of the story) dibagi 3 unsur:

 

- Urutan

 

- Durasi

 

- Frekuensi

 

 

*

URUTAN

 

Waktu penceritaan bisa memiliki struktur waktu yang:

 

- berurutan (linear)

 

- tak berurutan (non-linear), bisa dilihat dengan adanya flashback maupun flashforward

 

 

*

DURASI

 

Panjang-pendeknya waktu penceritaan berdasarkan kebutuhan dramatisasi cerita. Maka dalam durasi cerita bisa saja dibuat:

 

- waktu penceritaan diperpendek, yaitu waktu penceritaan hanyalah memperlihatkan waktu peristiwa yang perlu/penting diperlihatkan untuk penonton saja sehingga sebenarnya ada waktu yang hilang. Biasa disebut juga dengan ELIPSIS atau penghilangan waktu yang tak diperlukan

 

- waktu penceritaan diperpanjang, yaitu waktu penceritaan ditambah panjangnya dari waktu yang sebenarnya sebuah peristiwa terjadi untuk kebutuhan dramatisasi cerita. Hal ini bisa juga EKSPANSI atau pemanjangan waktu penceritaan.

 

 

 

Editing eliptis tersebut di atas bisa didapat dengan cara:

 

- optical effect

 

- dengan frame kosong

 

- cutaway

 

- jumpcut

 

Note: kalau tidak melalui editing, tapi ingin mencapai elipsis waktu, bisa dilakukan dengan mem-fast-motion-kan shot itu sendiri

 

 

 

Sementara ekspansi waktu tersebut di atas bisa didapat dengan cara:

 

- slowmotion

 

- freeze-frame

 

Atau kalau dengan editing, bisa dilakukan pemanjangan (ekspansi) waktu penceritaan dg:

*

FREKUENSI

 

Yaitu suatu pengulangan suatu aksi untuk kebutuhan dramatisasi (seperti adegan ledakan, atau benda/tokoh yang jatuh) ataupun penyampaian suatu maksud tertentu (seperti dalam film Pierre, Le Fout/Pierre, the Crazy, dari Godard), sehingga menciptakan waktu penceritaan yang lebih panjang.

cerita dibalik M kios Gathering

Kamis, 27 November 2008

lahir jumat kliwon nda cocok jadi EO
Posted by daru on Nov 24, '08 8:23 AM for everyone
kata2 itulah yang kami kutip dari sebuah iklan komersil di beberapa TV nasional, dan ungkapan itu sangat pas kita anugreahkan buat MADE.
minggu 23 november 2008 bertepatan dengan konser ANIma dalam event spektakuler M kios gathering. event ini dilaksanakan sehari full mulai jalan santai di pagi hari sampai show artist dimalam hari. made adalah koordinator dalam event tersebut. mulai pagi semuanya terlihat lancar-lancar saja.... tetapi muali ada tanda-tanda saat barisan jalan santai mau bergerak. kenapa saat itu made merasakan ada yg kurang.... dia telihat gelisah meraba2 "apa yang kurang di?" (mungkin dalam hatinya) pada saat dah mau jalan ternyata bendesa start belum ada... (bededeh gawatmu itu cowo) untung saja erwin sang MC 2 juta masih cuap2 dilapangan, made langsung kode supaya ditahan dulu peserta jalan santai "erwin tahan dulu, jangan menyebrang salupa bendera start" (made berteriak lewat hendy talky) dan langsung kebur mengambil bendera di kantor swara alam. huiiih.. akhirnya semua dilalui dengan cepat dan cermat (untug saja bu indri nda tau) dan jalanlah para peserta (jalan santai aman)
sekitar pukul 11.00 wita, para vendor yg lain (KTVmultimedia, GNXsound, OFFSELLsoud) langsung loading cepat buat persiapan anima. semua vendor waktu itu bergerak cepat sekali, putuCS saja cuman butuh saktu 1 jam buat instalasi kabel....oce langsung kasi berdiri riging screenya, anto angkat soundnya, ito ji yg hanya liat2 lampunya .... pokonya semuanya sesua rencana lah...
tapi.... kira-kira jam 2 siang pas juga sa lg rampungkan materi multimedia di kantorKTV... tiba2 hujan keras sama angin kencang.... byangkan saja satu pohon di lapangan MTQ tumbang, baliho para caleg berterbangan tidak karuan... panggung goyang2... pokonya hujan kemarin itu hujan se hujan-hujannyami.... disitu sa langsug sms made
daru : made kenapa kalo setiap acaramu hujan?
made : ndataumi ini da bombe mungkin saya tuhan..
daru : jgn sampe ada pawang yg ko nda ajak blah...
made no reply
semua orang yg ada dil venue (lap MTQ) kayak nda ada gairah.. immeng hanya geleng2
kepala... anto hanya duduk2 di atas sound yg lgi dibungkus... d'cool crew duduk di bawah
tenda... semuanya termenung... mungkin dalam hatinya bilang "kasiannyami made setiap ada
eventnya hujan terus"
pendukung acara lain superman, queen dancer nda sempatmi check sound. yg diutamakan
hanya anima saja, sound bunyi jam 6 sore, multi media nanti jam 7.30 malam bru menyala,
anima n crew datang pas hbs maghrib. lagnsung cek sound... itupun yg dicek hanya sound
monitor, pelempar g bisa maksimal kerna lg tertutup terpal (nanti kena hujan) di bawa tenda
telkomsel ronal terus dampingi bu indri dari telkomsel (yg punya acara) berusaha kasi tenang
bu indri : gmana pawangnya kah ini?
ronal : tenangmi bu, ini sengaja dikasih turun memang jadi pas acara pawang nda stenga
matimi...
bu indri : ....... (bengong)
sementara mereka ngobrol made datang...
bu indri : made... ini mungkin karena ko belum mandi...
made : behhhh tida bae doanya paaaaa....
bu indri : kenapakah setiap eventmu begini...
made : da bilang pawang sudah musimnyami de.... hehehehe... (sambil ketawa mangure)
bu indri : ueweeeehhh.... (protes)
setelah made keliatan ketawa, walupun kecut. ada yng datang menghapiri made
orang 1 : made, kamu lahir jumat kliwon ya...
made : ... (bengong)
orang 1 : kamu g cocok jadi EO.... hahahahahahahahahaha
semua orang yg ada disitu semua tertawa... (huiiihhh... setidaknya biar nda terlalu tegang...
ada lgi yang nyundul
"made, lain kali kalo mau bikin event mandi wajib ko dulu.."
" jgnmi terlalu mangure... akhirnya pas eventmu hujanmi..."
dan banyak hujatan2 lain yang keluar dari semua orang - orang yang sudah mengikrarkan
diri sebagai orang terkeren di kendari (phueeeee)
anywai.... akhirnya semuanya selesai, dan orang2 satu persatu mulai berdatangan, walaupun
sempat managernya anima sempat stressss melihat situasi ini.
dan dimulailah acara M-kios gathering, semuanya lancar, sponsor juga puasssss sekali
kalo kita melihat kebelelakang, ivent ini adalah event kedua dari hijau prod. yg terkena musibah
waktu itu juga event expo telkomsel diguyur hujan lebat.
sebenarnya dosa apa yg dibuat ma made di?????
sampe-sampe 2 kali berturut2 eventnya hujan terus...

info eventku

Support by Lestari and CIDA
Pameran, Infotaiment, Edukasi
3 Years M-3 in Fair
Jangan Mau Hanya Jadi Penonton dan Pendengar, Mari Lakukan Sesuatu!
Lt I Matahari, Jl Sao-sao, 5-7 Desember ‘08

Menghadirkan komitmen pro lingkungan para pengelola media di Sulawesi Tenggara :
Kendari TV, Media Sultra, Radio Swara Alam, Kendari Pos dan M Radio.

Agenda Acara :
Heboh dan banjir hadiah setiap hari
· Door Prize games
· Ngobrol Bareng Nugie dan Katon Bagaskara
· Dongeng untuk anak sekolah TK-SD (ayo Keliling Hulu dan Hilir)
· Belajar Sederhana Membuat Kompos di Rumah
· Pameran Foto 3 tahun M-3 (Wajah alam Kita - Dedikasi Wartawan Lingkung Sultra)
· Statment wartawan-reporter lingkungan
· Titipkan Pesan Anda dalam Petisi yang akan dihimpun dalam dalam acara ini
· Dapatkan hadiah jalan-jalan ke Taman Nasional Rawa Aopa bagi 20 orang, menikmati keindahan alam.


Jumat, 5 Desember 2008
· Soft Opening (terbuka untuk umum) pk 15.00
· Games
· Pameran foto


Sabtu, 6 Desember 2008
· Dongeng untuk anak (Mengapa banjir sering datang?) pk 11.00
· Belajar membuat kompos bersama Teras Indonesia pk 14.00
· Ngobrol bareng Nugie pk 16.00-18.00
· Door prize games

Minggu, 7 Desember 2008
· Yuk menanam pohon di hutan Kota Unhalu, bersama Katon Bagaskara- Nugie dan Focil Indonesia pk 08.00-09.30
· Berbagi rahasia : psst bagaimana jadi jutawan dengan tanaman jati bersertifikasi bersama JAUH Sultra Pk 14.00
· Ngobrol bareng Katon Bagaskara ”Saatnya bergaya hidup hijau” pk 16.00-18.00
· Games

Bagi sekolah TK-SD yang tertarik untuk ikut mendengar dongeng, silakan dapatkan formulirnya di tim bersama WWF-Indonesia, kontak Harun; 0401-322962,. Peserta maksimal 30 anak, dan tiap sekolah mengirim maksimal 2 anak (dapatkan tshirt gratis bagi anak dari WWF-Indonesia).

Turut Berpartisipasi : Teras Indonesia, Jaringan Untuk Hutan, Focil Indonesia, Balai Taman Nasional Rawa Aopa

temanku arbit

Temanku Arbit
Posted by asdar on Nov 20, '08 1:08 PM for everyone
aa sebuah cerita menarik, sewkatu sy dan teman2 dari komuinikasi 06 ngumpul dipierla (punya leo)
awal ceritanyan seperti ini. beberapa hari sebelumnya mereka sepakat untuk membentuk sebuah komunitas pembuat film independent bernama Cinema sore yang disingkat Cinere. sy yang kebetulan lebih dulu tau tentang kamera dan tetek bengenknya kemudian dinobatkan oleh mereka menjadi sterring di lebaga itu. awalnya sa pikir ini akan sangat merepotkan alias melelahkan.
hehehe... maaf ya bukannya mengeluh, asal tau saja rasa-rasanya bagi sy 24 jam ini mungkin g cukup buat saya, coba itung2 mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tongkrongi KTV (walaupun sesekali melarikan diri karena jadwal kuliah) belum lg teman2 lain yang kadang2 punya kebutuhan ma saya yg g mau ditunda, belum lagi rumah kreatif media visual yg bulan ini sampai akhir taun kebanjiran job. dan sekarang ditambah lg mengurusi anak2 yg baru mau belajar bikin film. gmana? kira2 cukup nda waktu 24 jam itu??? belum lg harus pintar2 nyari waktu buat cari pacar.... huaaahhhhh ribet skali hidup ini... but harus dinikmatilah....
oh iya kembali ke topik awal. cinere cinema sore. red) ini baru saja dikukuhkan sore kemarin (RABU 20 nov 08) dibawah pohon beringin fakultas fisip unhalu kendari. organisasi ini berdiri apa adanya dengan segelintir orang yang ingin memunculkan sifat kreatifnya... (mudah-mudahan bisa konsisten... i wish) tapi jujur sy sangat senang dengan kemauan teman2 saya untuk mendirikan lembaga yg konsen dibidang film ini. kalau mau tau sebenarnya ada misi tersemubyi di dalam pikiranku, yaitu menyebarkan virus gila kamera. hehehehe...... jujr sy ingin sekali kota kendari ini seperti kota2 lainnya yng pernah sy kunjungi, snak SMUnya saja sudah pintar buat film indi... kendari kapan yaa????? yah dengan terbentuknya komunitas film ke 2 di kampus ini (sebelumnya MMC) kendari bisa seperti di tempat lain.
oh iya, kelanjutan dari pertemuan di bawah pohon beringin itu beralih ke pierla (pinggir laut leo penjual sarabba). sekitar jam 5 sore tadi Hp ku berdering, nomernya tak ku kenal, karena penasaran akhirnya ku jawab panggilan itu, eh ternyata yang telp adalah iwan ketua CINERE, mengajaka ketemuan di sana sambil meum2an ringan plus gorengan. dengan memakai si ucup (supra fit ku) langsung menuju TKP. hari mulai gelap saat sy tiba disana. dari kejauhan senyum manis awak2 cinere (mira, tata, eta, eki, lina, dll) menyambut kedatanganku. sy langsung sja duduk dan memesan minumann faforit capucino hot... walaupun pesananku tibanya lepas maghrib soalnya pegawainya lo juga stenga2...
any way... 1 stengah jam dah berlalu... dari perbincangan yang ngalur ngidul g jelas akhirnya mulai mengerucut. tata, iwan mengajukan ide untuk membuat suatu karya komunitas, karya pertama ini adalah sebuah film yg ini juga msh diperdebatkan apakah film indie atau dokumenter. idenya terserah..... satu persatu teman-teman mulai mengajukan ide, sore tadi ide sangat banyak terlontar dari belahan bibir teman2 cinere, tapi hanya satu yg sangat melekan di kepalaku, sewaktu tata mengajukan ide untuk memfilemkan teman seruangan kami yaitu ARBIT (sebut saja begitu) anak komunikasi angkatan 2006 yg ternyata sangat luar biasa....
Arbit adalah teman seruanganku, anaknya tergolong agak pemalu ( mungkin minder) dari pertama melihat dia saja sudah muncul kesan bahwa anak ini biasa2 saja karena penampilan dan sikapnya yang sangat "low profile" tapi sebenarnya anak ini punya otak yg cerdas, kemauan yg besar untuk kuliah membuat dia harus melakukan sesuatu yang jujur saja tidak pernah ku fikirkan sedikit pun....
menurut teman2 arbit kalau kuliah setiap harinya lebih bayak dihabiskan dengan berjalan kaki dari rumahnya menuju kampus, dia tinggal di lorong ilmiah wua-wua. ndak percaya to? sy juga awal begitu, tapi sebagian besar teman2 yg ada waktu sore itu mengatakan demikian, bukannya dia tidak memiliki uang transport untuk ke kampus, dia berjalan kaki dengan alasan penghematan.... LUAR BIASA SEKALI TO? dijaman sekarang ini ternyata masih ada orang seberti dia. yg paling membuat sy terkesan adalah ketika teman2 membuat kegiatan kemah bakti di desa bajo toronipa. sat itu setiap orang dikenakan biaya 50 ribu per orang untuk memenuhi biaya operasional kegiatan, banyak orang yg mengeluhkan kenapa biayanya sangat besar dan untuk apa biaya sebesar itu...... tau nda? tidak ada satu kata penolakan atau kata2 yang mempertanyakan itu muncul dari mulut arbit.... sementar ada seorang yg mempertanyakan itu dengan mengatas namakan teman2..... (itu bags juga biar yg lain tau mengenai rincian dana yg di setor). buat apa biaya itu??? (hehehe sori ya ca')
by the way... akhirnya sebelum bubar dari pierla, cinere sepakat untuk membuat sesuatu, yaitu memfilmkan arbit sebagai "main actor" dalam film perdana yg akan diproduksi oleh cinere. tetapi sebelumnya mereka meminta untuk diberi pemahaman dan pelatihan mengenai cara membuat film yg baik dan benar.....
yah.... mudah2an arbit mau di filmkan hehehehe.....
dari prediksiku apabila film ini jadi di buat... akan menjadi film yg sangat memotifasi mahasiswa lain supay rajin kuliah. bayangkan hari gene masih ada orang yg mau kuliah dengan berjalan kaki hanya karena alasan menghemat kantong??? imposible bgt..... but it's true bro... itu ada didepan kita sekarang... (sapa tau bisa jadi andrea hirata ke 2)
OK bro, buat anak cinere, sampai jumpa pada workshop "bikin film itu gampang" di kampus fisip unhalu 24 s/d 26 nov 2008.....
kalau ada yg penasaran dengan temanku yg satu itu.... nanti sy lanjutkan kembali story of him.....
salam....

citizen journalism sebuah fenomena

Rabu, 26 November 2008

Benar sekali apa yang dikatakan oleh Steve Outing dalam tulisannya “The 11 Layers of Citizen Journalism”, istilah citizen journalism saat ini menjadi one of the hottest buzzword dalam dunia jurnalistik.
Rasanya ketinggalan jaman kalau sampai ketinggalan kata-kata ini. Citizen journalism diucapkan oleh siapapun yang mengamati perkembangan media, baik mereka yang berada di lingkaran dalam media seperti para praktisi, kru dan pemilik media, mau pun mereka yang berada di luar media, seperti para pengamat media. Kurang gaul, rasanya, kalau sampai ketinggalan isu ini.
Bagi yang sudah lama mencermati dinamika dunia jurnalistik dari esensinya yang paling dalam, citizen journalism sebenarnya cuma masalah beda-beda istilah.
Spiritnya tetap sama dengan public journalism atau civic journalism yang terkenal pada tahun 80-an. Yaitu, perkara bagaimana menjadikan jurnalisme bukan lagi sebuah ranah yang semata-mata dikuasai oleh para jurnalis.
Dikuasai dalam arti diproduksi, dikelola, dan disebarluaskan oleh institusi media, atas nama bisnis ataupun kepentingan politis.
Lantas, apa bedanya fenomena public journalism dengan rame-rame soal citizen journalism sekarang ini? Ada. Perbedaannya, menurut saya, terletak pada kemajuan teknologi media sehingga semangat partisipatoris yang melibatkan publik dalam mendefinisikan isu semakin terakomodasi.
Selain itu, kemajuan teknologi media membuat akses publik untuk memasuki ranah jurnalistik semakin terbuka. Semangatnya, sekali lagi, tetap sama. Yaitu, mendekatkan jurnalisme pada publiknya. Bedanya, open source di masa sekarang semakin niscaya saja, ketika teknologi media kian berkembang.
Mendefinisikan Citizen Journalism
Pada dasarnya, tidak ada yang berubah dari kegiatan jurnalisme yang didefinisikan seputar aktivitas mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan berita. Citizen journalism pada dasarnya melibatkan kegiatan seperti itu.
Hanya saja, kalau dalam pemaknaan jurnalisme konvensional (tiba-tiba saja menjadi jurnalisme old school setelah citizen journalism muncul), yang melakukan aktivitas tersebut adalah wartawan, kini publik juga bisa ikut serta melakukan hal-hal yang biasa dilakukan wartawan di lembaga media. Karena itu, Shayne Bowman dan Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai ‘...the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information” tindakan warganegara yang memainkan suatu peran aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, penelitian, dan informasi dan kabar penghamburan"
Ada beberapa istilah yang dikaitkan dengan konsep citizen journalism.Public journalism, advocacy journalism, participatory journalism, participatory media[3], open source reporting, distributed journalism, citizens media, advocacy journalism, grassroot journalism, sampai we-media.
Civic journalism, menurut Wikipedia, bukan citizen journalism karena dilakukan oleh wartawan walau pun semangatnya tetap senada dengan public journalism, yaitu (lebih) mengabdi pada publik dengan mengangkat isu-isu publik.
Citizen journalism adalah bentuk spesifik dari citizen media dengan content yang berasal dari publik. Di Indonesia, istilah yang dimunculkan untuk citizen journalism adalah jurnalisme partisipatoris atau jurnalisme warga.
J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media citizen journalism ke dalam 5 tipe:
Audience participation (seperti komenter user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas).
Situs web berita atau informasi independen (Consumer Reports, Drudge Report).
Situs berita partisipatoris murni (OhmyNews).
Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin).
Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list, newsletter e-mail).
Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran video, seperti KenRadio).
Ada dua hal setidaknya yang memunculkan corak citizen journalism seperti sekarang ini. Pertama, komitmen pada suara-suara publik. Kedua, kemajuan teknologi yang mengubah lansekap modus komunikasi.
Sejarah citizen journalism sendiri bisa dilacak sejak konsep public journalism dilontarkan oleh beberapa penggagas, seperti Jay Rosen, Pew Research Center, dan Poynter Institute.
Bersama Wichita News, Eagle, Kansas, para penggagas citizen journalism mencobakan konsep public journalism dengan membentuk panel diskusi bagi publik guna mengidentifikasi isu-isu yang dianggap penting bagi publik.
Berdasarkan identifikasi tersebut, liputan kemudian disusun.
Public journalism acap dikaitkan dengan konsep advocacy journalism karena beberapa media bergerak lebih jauh tidak saja dengan mengangkat isu, tetapi juga mengadvokasikan isu hingga menjadi sebuah ‘produk’ atau ‘aksi’—mengegolkan undang-undang, menambah taman-taman kota, membuka kelas-kelas untuk kelompok minoritas, membentuk government watch, mendirikan komisi pengawas kampanye calon walikota, dan lain-lain.
Public atau citizen journalism juga dikaitkan dengan hyperlocalism karena komitmennya yang sangat luarbiasa pada isu-isu lokal, yang ‘kecil-kecil’ (untuk ukuran media mainstream), sehingga luput dari liputan media mainstream.
Public journalism dengan model seperti ini mendasarkan sebagian besar inisiatif dari lembaga media. Kemajuan teknologi dan ketidakterbatasan yang ditawarkan oleh Internet membuat inisiatif semacam itu dapat dimunculkan dari konsumen atau khalayak.
Implikasinya cukup banyak, tidak sekadar mempertajam aspek partisipatoris dan isu yang diangkat.
Citizen journalism: Isu dan Implikasi
Saya termasuk yang meyakini bahwa kemajuan teknologi (komunikasi) mengubah lansekap atau ruang-ruang sosial kita.
Perkembangan citizen journalism belakangan ini menakjubkan buat saya—yang dibesarkan dalam tradisi old school journalism—karena mengundang sejumlah implikasi yang tidak kecil.
Beberapa di antaranya, yang teramati oleh saya, adalah sebagai berikut:
1. Open source reporting: perubahan modus pengumpulan berita. Wartawan tidak menjadi satu-satunya pengumpul informasi. Tetapi, wartawan dalam konteks tertentu juga harus ‘bersaing’ dengan khalayak, yang menyediakan firsthand reporting dari lapangan.
2. Perubahan modus pengelolaan berita. Tidak hanya mengandalkan open source reporting, media kini tidak lagi menjadi satu-satunya pengelola berita, tetapi juga harus bersaing dengan situs-situs pribadi yang didirikan oleh warga demi kepentingan publik sebagai pelaku citizen journalism.
3. Mengaburnya batas produsen dan konsumen berita. Media yang lazimnya memosisikan diri sebagai produsen berita, kini juga menjadi konsumen berita dengan mengutip berita-berita dari situs-situs warga. Demikian pula sebaliknya. Khalayak yang lazimnya diposisikan sebagai konsumen berita, dalam lingkup citizen journalism menjadi produsen berita yang content-nya diakses pula oleh media-media mainstream. Oh my God, duniaaa....
4. Poin 1-2-3 memperlihatkan khalayak sebagai partisipan aktif dalam memproduksi, mengkreasi, mau pun mendiseminasi berita dan informasi. Pada gilirannya faktor ini memunculkan ‘a new balance of power’—distribusi kekuasaan yang baru. Ancaman power yang baru (kalau mau disebut sebagai ancaman) bagi institusi pers bukan berasal dari pemerintah dan ideologi, atau sesama kompetitor, tetapi dari khalayak atau konsumen yang biasanya mereka layani!
5. Isu profesionalisme: apakah setiap pelaku citizen journalism bisa disebut wartawan? Kenyataannya, citizen journalism mengangkat slogan everybody could be a journalist! Apakah blogger bisa disebut sebagai the real journalist?
6. Isu etika: apakah setiap pelaku citizen journalism perlu mematuhi standar-standar jurnalisme yang berlaku di kalangan wartawan selama ini sehingga produknya bisa disebut sebagai karya jurnalistik? Kita bicara soal kaidah jurnalistik yang selama ini diajarkan pada para wartawan—mungkinkah kaidah itu masih berlaku? Lazimnya, yang acap disentuh dalam wacana kaidah jurnalistik adalah soal objektivitas pemberitaan, dan kredibilitas wartawan/media.
7. Isu regulasi: perlukah adanya regulasi bagi pelaku citizen journalism? Kaitannya dengan etika, profesionalisme, komersialiasi, dan mutu content.
8. Isu ekonomi: munculnya situs-situs pelaku citizen journalism yang ramai dikunjungi menimbulkan konsekuensi ekonomi, yaitu pemasang iklan, yang jumlahnya tidak sedikit. Pers, menurut Jay Rosen pada dasarnya adalah media franchise atau public service franchise in journalism.
Kalau citizen media kini muncul dan juga bermain dalam ranah komersial, ini hanya merupakan konsekuensi ‘the enlarging of media franchise’. Isu ekonomi juga mengundang perdebatan lain. Kalau tadinya para kontributor citizen journalism memasukkan beritanya secara sukarela, kini mulai muncul perbincangan bagaimana seharusnya membayar mereka.
Ada bayaran, tentu ada standar yang harus dipatuhi sesuai bayarannya. Akhirnya, ini mengundang masuknya isu profesionalisme—sesuatu yang dalam konteks tertentu akhirnya malah ‘berlawanan’ dengan semangat citizen journalism.
9. Bagaimana nasib the old school journalism di masa depan dengan munculnya citizen journalism? Apakah tradisi old school journalism akan tetap bertahan di masa depan?Itulah beberapa isu yang akan selalu diangkat dan didiskusikan dalam seminar mana pun yang berbicara ihwal citizen journalism.
Citizen Journalism di Indonesia
Saya mulai mengamati fenomena public journalism di pertengahan 1990-an. Satu hal yang menggelitik saya adalah apakah konsep development journalism atau jurnalisme pembangunan yang diajarkan dalam kurikulum studi jurnalistik tahun 1980-1995an (saya adalah salah satu produknya!) merupakan wujud public journalism? Saya putuskan, TIDAK.
Pertama, aspek partisipatorinya tidak nyata. Isu tetap diputuskan oleh media yang bersangkutan (acap atas ‘restu’ Departemen Penerangan)—walau slogan pembangunan, di manapun, selalu menyatakan mengabdikan diri pada kepentingan publik.
Kedua, ideologi jurnalisme pembangunan pada dasarnya adalah ideologi komunikasi pembangunan yang sudah bangkrut di tahun 80-an (dibangkrutkan oleh para penggagasnya sendiri seperti Everett M. Rogers), karena dianggap terlalu ideologis, utopis, dan totaliter.
Saya tertarik mengamati geliat citizen journalism di Indonesia lewat diskusi dengan teman-teman aktivis soal open source reporting yang tampaknya senada betul dengan tulisan-tulisan Pepih Nugraha di harian Kompas, yang mengangkat hal-ihwal participatory journalism.
Saya mengikuti Indonesiasatu.net yang memproklamirkan diri sebagai jurnalisme warga. Undangannya untuk menjenguk situs ini meyakinkan, tampilannya tergarap dengan baik (walau updatingnya lambat), ada profil warga teladan, tapi jujur saja saya kecewa karena tidak menemukan sesuatu yang berbeda dengan harian lain.
Ini seperti membaca berita lokal dari koran lokal yang bisa diakses lewat online media lokal, tanpa situs ini perlu memproklamirkan diri sebagai (sosok) pengusung jurnalisme warga.
Hyperlocalism yang saya bayangkan bukan seperti ini. Begitu banyak berita gado-gado tanpa struktur gagasan yang jelas, tanpa memperlihatkan pada pengunjung situsnya ini sebenarnya mau dibawa ke mana.
Ini murni open source reporting, tapi saya bertanya-tanya, apa ini wujud citizen journalism (alih-alih citizen reporting)?
Pesta Blogger Indonesia semakin menguatkan seruan citizen journalism. Menjamurnya blog di mana-mana memang fenomena luarbiasa (13.000 blog didirikan setiap hari!).
Tapi, ketika mengunjungi beberapa blog yang katanya banyak di-hit, saya hanya mendapatkan curhat-curhat personal tanpa melihat apa pentingnya ini bagi publik? (Walau, jujur saja, saya menikmati curhat personal itu).
Atau, isu publik macam apa yang mestinya bisa dimaknai dari curhat personal tersebut? Saya beranggapan, blog memang membuka kemungkinan open source reporting, menjamurnya blog dan blogger adalah kondisi yang kondusif untuk memunculkan citizen journalism, tapi sekadar ngeblog saja tidak cukup untuk diberi predikat sudah ber-citizen journalism.
Citizen journalism, dengan kata lain, is not that easy!
Sehari setelah Pesta Blogger Indonesia usai, Harian Republika mengumumkan lewat iklan besar-besaran akan menjadikan medianya sebagai pengusung jurnalisme warga dengan mengundang partisipasi warga lewat ruang yang disediakan bagi mereka untuk sejumlah isu: laporan utama, laporan traveling, sampai berbagi resep.
Sejauh ini saya lihat berbagi resep-lah yang menjadi wujud jurnalisme warga di Republika. Penulis resepnya jadi jurnalis, dan Ibu saya emoh ikut-ikutan karena tidak tahan dengan predikat ‘jurnalis warga’ lewat resepnya. “Saya emoh jadi wartawan! Apalagi karena resep saya,” kata Ibu saya.
“Berbagi resep ya berbagi resep ajalah, kenapa mesti jadi karya jurnalistik?” kata teman ngerumpi saya. “Sejak kapan resep masakan jadi berita jurnalisme warga?” ini kata rekan yang lebih serius, hehe.... Buat Republika, ini taktik bagus buat enlarging audience—dan enlarging outreach.
Mudah-mudahan dampaknya bagus pada sirkulasi dan iklan. Namun untuk menyebut ini sebagai wujud citizen journalism, saya masih risi, terus-terang saja. Saya lebih suka menyebutnya sebagai open access.
Dari beberapa fenomena tadi, saya belajar banyak hal. Salah satunya adalah soal isu. Saya belajar dari situ bahwa untuk masuk dalam dunia citizen journalism, tampaknya yang mesti dibawa bukan sekadar kemampuan standar pelaporan dan penyusunan berita ala 5W + 1 H.
Tapi juga persoalan bagaimana menjadikan isu ‘the public becomes personal, the personal becomes public’. Tanpa itu, saya pikir, publik cuma mendapatkan sederetan informasi tanpa makna.
Sebuah situs citizen journalism menjadi milik citizen, milik publik, kalau banyak pengunjungnya. Maka, pengelola citizen journalism harus mampu memelihara kandungan situsnya, dan mengundang partisipasi publik, untuk membuka diskusi dalam frame yang jelas (soal mutu, bolehlah diperdebatkan).
Tanpa semua ini, situs sebagus apapun, dan sebombastis apapun slogan jurnalismenya, hanya menjadi situs yang sunyi—diisi, ditonton, dikeploki oleh pengelolanya sendiri. Sayang, karena resources yang begitu potensial, jadi tersia-sia.
Bagaimanapun, saya gembira dengan fenomena baru dan tantangan serius yang dimunculkan oleh citizen journalism.
Saya kira efeknya akan baik buat keduanya, baik bagi publik maupun bagi media mainstream. Sebagaimana sistem pers kuat dibingkai dan dipengaruhi oleh local culture, saya juga percaya, wujud citizen journalism sendiri pada akhirnya akan bervariasi sesuai dengan local culture komunitas yang mengusungnya.
Nah, rame-rame jadi citizen journalist? Mengapa tidak? (000)

 
FaceBlog © Copyright 2009 daru | Blogger XML Coded And Designed by Edo Pranata